ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN
“ CUSHING SINDROM “
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH KMB III
DISUSUN
OLEH KELOMPOK V:
1. ISTY
ARTANTI
2. ANITA
H. SIMANUNGKALIT
3. MUHAMMAD
MULYADI PRANATA
4. I
WAYAN RASIANA
5. LEA
WAYENI
6. ROSMINCE
7. CANDRA
HIDAYAT
8. ERMA
B. WAMBLOLO
POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
TA 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sindrom Cushing disebabkan hormon
kortisol dihasilkan secara berlebihan. Hormon kortisol dihasilkan oleh kelenjar
adrenal. Secara biologinya, kelenjar berbentuk seakan-akan topi ini terdiri
daripada dua lapisan yang dikenali sebagai korteks (lapisan luar) dan medula
(lapisan dalam). Kelenjar adrenal menghasilkan antara 30 hingga 50 sebatian
steroid atau hormon. Tiga hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal
ini ialah hormon kortisol, adolsteron dan hormon androgen.
Sindrom Cushing pula selalunya
terjadi pada kaum wanita. Pesakit biasanya juga mempunyai masalah darah tinggi,
peningkatan berat badan dengan rupa bentuk ‘cushingoid’.
Punca utama penyakit sindrom Cushing
adalah adenoma korteks adrenal, hiperplasia menyeluruh, hiperplasia makronodul
dan kanser kelenjar adrenal. Rawatan penyakit sindrom Cushing ialah dengan
merawat puncanya. Feokromositoma adalah ketumbuhan yang jarang ditemui dan ia
merembeskan hormon katekolamin. Tanda penyakit adalah peningkatan tekanan
darah, massa abdomen dan serangan panik. Ketumbuhan boleh berpunca dari satu
kelenjar adrenal (74.2%), adrenal ekstra (16.1%) atau kedua-dua kelenjar
(9.6%).
Karsinoma korteks adrenal jarang
ditemui, bersifat agresif dan mempunyai ketumbuhan yang telah merebak. Penyakit
ini boleh sembuh jika dikesan lebih awal dan menjalani pembedahan dengan
segera.
Sindrom Cushing juga biasa terdapat
pada anjing peliharaan atau kuda, yang menunjukkan simptom yang sama seperti
manusia, di mana ia kelihatan bulu kerinting rapat yang tidak gugur dan
kehilangan berat badan dan laminitis.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
mekanisme kerja dan regulasi hormone adrenokortikal
2. Bagaimanakah
pathogenesis dan patofisiologi Cushing Sindrom
3. Apakah
dasar kriteria diagnosis Cushing Sindrome
4. Bagaimanakah
penatalaksanaan Cushing Syndrom
C. Tujuan
Penulisan
1) Tujuan umum
1. Untuk mengetahui dan dapat
memberikan asuhan keperawatan pada penderita sindrome cushing.
2) Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada
penderita sindrome cushing.
2. Mampu Merumuskan diagnosa keperawatan pada penderita
sindrome cushing
Mampu membuat rencana keperawatan
pada pasien gangguan sindrome cushing.
3. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan pada pasien gangguan sindrome cushing.
4. Mampu Mengevaluasi pelaksanaan askep
pada pasien gangguan sindrome cushing.
D. Manfaat
Penulisan
Dengan penulisan
makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui dasar dan teori endokrinologi dan
aplikasinya dalam proses keperawatan.
E. Hipotesis
Pasien dalam kasus
penderita Cushing Sindrome akibat konsekuensi berlebihnya sekresi
glukokortikoid yang mempengaruhi sebagian besar proses metabolisme, sehingga
laporan ini akan lebih focus membahas fisiologi kortisol sebagai glukokortikoid
utama.
F. Sistematika
Penyajian
1. Konsep Dasar Penyakit
2. Konsep atau asuhan keperawatan
sindrome cushing
3. Kesimpulan dan saran
BAB III
PEMBAHASAN
A. KONSEP
DASAR TEORI
1. Pengertian
Sindrom
Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini
dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa
–senyawa glukokortikoid. (Sylvia A.
Price; Patofisiologi, Hal. 1088).
2. Etiologi
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi
kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH
mengakibatkan hyperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carcinoma
yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom Cushing. Demikian juga
hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syndrome
Cushing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit Cushing. (buku ajar
ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945).
Sindrom Cushing dapat diakibatkan oleh
pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau
oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis
hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi
korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1091)
3. Patofisiologi
Telah
dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami
manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik
dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan
mensekresi empat jenis hormon:
a. Glukokortikoid.
Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol.
b. Mineralokortikoid.
Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron.
c. Androgen.
d. Estrogen
Kelebihan glukokortikoid dapat
menyebabkan keadan-keadaan seperti
dibawah ini:
1. Metabolisme
protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid
mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan menurunnya
kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya
terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah,
dan tulang.
Secara
klinis dapat ditemukan:
a.
Kulit mengalami atropi dan mudah rusak,
luka-luka sembuh dengan lambat.
b.
Ruptura serabut-serabut elastis pada
kulit menyebabkan tanda regang pada kulit
berwarna ungu (striae).
c.
Otot-otot mengalami atropi dan menjadi
lemah.
d.
Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah tibul luka memar.
e.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan
menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur
patologis.
f.
Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan meransang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat
mengalami hiperglikemia.
g.
Pada seseorang yang mempunyai kapasitas
produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan
meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa.
h.
Sebaliknya penderita dengan kemampuan
sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut,
dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi
jaringan adiposa.
a.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi
didaerah sentral tubuh.
b.
Obesitas
c.
Wajah bulan (moon face)
d.
Memadatnya fossa supraklavikulare dan
tonjolan servikodorsal (punguk bison).
e.
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas
dan bawag yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa
penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit
Efek
minimal pada elektrolit serum.
a.
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi
natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis
metabolik.
4. Sistem
kekebalan
Ada
dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody
humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang
lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang
tersensitasi.
Glukokortikoid
mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat germinal
limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan
respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
a.
Proses pengenalan antigen awal oleh
sel-sel sistem monosit makrofag.
b.
Induksi dan proleferasi limfosit
imunokompeten.
c.
Produksi anti bodi.
d.
Reaksi peradangan.
e.
Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5.
Sekresi lambung
a.
sekeresi asam lambubung dapat
ditingkatkan.
b.
sekresi asam hidroklorida dan pepsin
dapat meningkat.
c.
Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah
oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi
otak
Perubahan
psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi
singkat.
7. Eritropoesis
Involusi
jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun
secara klinis efek farmakologis yang
bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk menekan reaksi
peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid:
-
Dapat menghambat hiperemia, ekstra
vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.
-
Menghambat pelapasan kiniin yang
bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
-
Efeknya pada sel mast; menghambat
sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan
hipersensitivitas yang dperantarai anti
bodi.
-
Penekanan peradangan sangat deperlukan,
akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi
akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara
menerima dosis farmakologik. (Sylvia
A. Price; Patofisiologi, hal
1090-1091)
4. Jenis – jenis Sindrom Cushing
Sindrom
cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1.
Tergantung ACTH : Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat
disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar
hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka
keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.
2.
Tak tergantung ACTH: Adanya adenoma
hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti histologi
hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah
kikroadenoma maupum hiperplasia timbal
balik akibat gangguan pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A.
Price; Patofisiologi. hal 1091)
5. Manifestasi
Klinis
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada pasien
dengan sindrom cushing antaralain:
-
Obesitas sentral
-
Gundukan lemak pd punggung
-
Muka bulat (moon face)
-
Striae
-
Berkurangnya massa otot & kelemahan
umum.
Tanda lain yg ditemukan pd Syndrom
cushing seperti:
-
Atripi/ kelemahan otot sektermitas
-
Hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita)
-
Ammenorrhoe
-
Impotensi
-
Osteoporosis
-
Akne
-
Edema
-
Nyeri kepala, mudah memar dan gg
penyembuhan luka.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT
scan à
Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus sindro cushing.
b. Photo
scanning
c. Pemeriksaan
adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif secara intravena
d. Pemeriksaan
elektro kardiografi à
Untuk menentukan adanya hipertensi (endokrinologi edisi hal 437)
e. Uji
supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
f. Pengambilan
sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
g. Pengumpulan
urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan tergantung pada ACTH yg
tidak seragam. Apakah sumber ACTH ad hipofis atau ektopik.
b. a.
Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor
transfenoidal.
c. b.
Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan
maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
d. c.
Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dg
adrenolektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.
e. d.
Bila kelebihan kortisol disebabkan o/ neoplasma disusul kemoterapi pada
penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan
f. e.
Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemideo, p-ooo yang bisa
mensekresikan kortisol ( Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )
B. PROSES
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat . Gejala:
Insomnia, sensitivitas, otot lemah, gg koordinasi, kelelahan berat. Tandanya :
atrofi otot.
2. Sirkulasi . Gejala: Palpitasi, nyeri dada
(angina). Tandanya: Distritnia, irama gallop, mur-mur, takikardia saat
istirahat.
3. Eliminasi. Gejala: Urine dlm jumlah banyak,
perubahan dlm feces: diare.
4. Itegritas
ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik..
Tandanya : Emosi letal, depresi.
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik..
Tandanya : Emosi letal, depresi.
5. Makanan
atau cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.
6. Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung, disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung, disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.
7. Pernafasan
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.
8. Nyeri
atau kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
9. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu meningkat diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.
10. Seksualitas
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.
2.
Komplikasi
1.
Krisis addison
2.
Efek yang merugikan pd aktivitas korteks
adrenal
3.
Patah tulang akibat osteoporosis
3.
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.
Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan
dan perubahan metabolisme protein serta respon inflamasi
2.
Defisit perawatan diri; kelemahan
perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola tidur
3.
Gg integritas kulit b/d edema, gg
kesembuhan dan kulit yg tipis serta rapuh
4.
Gg citra tubuh b/d perubahan penampilan
fisik, gg fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas.
5. Gg
proses berpikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi
(
Susanne C. Smeltzer; Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, hal.
1330).
C. Perencanaan
& Implementasi
Tujuan : Tujuan
utama mencakup penurunan resiko cedera dan infeksi, peningkatan kemampuan untuk
melaksanakan kemampuan perawatan mandiri , perbaikan fungsi mental dan tidak
adanya komplikasi.
D.
Intervensi
Keperawatan :
-
Pemantauan
dan penata laksanaan komplikasi potensial
Krisiss addison.
Pasien sindrom cushing yang gejalanya ditangani dengan cara menghentikan
pemberian pemeberian kortikoisteroid atau dengan adrenelektomi atau pengangkatan tumor hipofisis akan
beresiko mengalami hipofungasi adrenal
dan krisis addisonian. Jika fungsi hormon adrenal telah tersupressi oleh kadara
drenal yang tinggi dalam darah, maka atropi korteks adrenal kemungkinan akan
terjadi. Apabila kadar hormon tersebut menurun dengan cepat akibat pembedahan
atau penghentian terapi kortikosdteroid yang tiba-tiba, manifestasi hipofungsi
adrenal dan krisis addison dapat
terjadi.
Disamping
itu, penderita cushin sindrom yang mengalami
kejadian yang sangat menimbulkan
strees seperti trauma atar operasi darurat beresiko mengalami krisis addisonian
karena terdapatnya supressi jangka panjang korteks adrenal. Karena itu kondisi
penderita harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi hipotensi , denyut nadi
yang lemah dan cepat, ppucat kelemahan yang ekstrim. Pasien tersebut meungkin
memerlukan pemberian infus cairan dan elektrolit serta terapi kortikosteroid.
Pasien yang mengalami trauma atau
memerlukan operasi darurat memerlukan kadar kortikosteroid tambahan sebelum,
selama dan setelah terapi atau operasi. Jika terjadi krisis addisonian pasien
harus mendapat pengobatan untuk mengatasi kolaps sirkulasi dan syok.
Identifikasi faktor-faltor yang dapat menybebkan krisis tersebut harus
diupayakan.
-
Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Status cairan dan eletrolit dipantau dengan mengukut berat badan pasien
setip hari. Karena meningkatnya resikountuk mengalami intoleransi glukosa dan
hiperglikemia, maka pemantauan glukosa darah harus dinilai setiap kenaikan
kadar glukosa darah harus dimulai detiap kenaikan dilaporkan kepada dokter
sehingga terapi dapat diberikan jika diperlukan.
-
Menurunkan risiko cedera dan infeksi
Lingkungan yang aman harus
diciptakan untuk mencegah kecelakaan seperti terjatuh, fraktur dan berbagai
cedera lain pada tulang serta jaringan lunak. Pasien yang sangat lemah mengkin
memerlukan bantuan dan mobilisasi untuk mencegah jatuh dan membentur pada tepi
perabot yang tajam.
Pertemuan dengan
pengunjung, staff atau pasie yang menderita infeksi haarus dihindari. Penilaina
kondisi pasien harus sering dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi yang
tidak jelas, mengingat efek anti inflamasi dari kort ikosteroid dapat
menyamarkan tanda-tanda umum infeksi dan inflamasi. Makanan yang tinggi
protein, kalsium dan vitamin D harus dianjurkan untuk memperkecil kemungkinan
pelisutan otot dan osteoporosis.
Rujukan kepada ahli
diet dapat membantu pasien untuk memilih jenis-jenis makanan dan lalori.
-
Persiapan mengahadapi praoperatif
Pasien dipersiapkan untuk menjalani adrenalektomi, jika diperlukan, dan
untuk perawatan pasca operasi, jika sindrom cushing merupakan kosekuensi dari
tumor hipofisis, tindakan hipofisektomi transfenoidalis dapat dilakukan.
Siabetes mellitus dan ulkus peptikum umumnya terjadi pada pasien sindrom
cushing, dengan demikian pelaksanaannya harus mencakup pemantauan kadar glukosa
darah serta pemeriksaan darah dalam feses, serta intervensi yang tepat.
-
Menganjurkan istirahat dan aktivitas
Kelemahan, perasaan mudah lelah
dan pelisutan otot akan menyulitkan penderita sindrom cushing dalam
melaksanakan aktivitas yang normal,
aktivitas yang ringan harus dianjurkan untuk mencegah komplikasi akibat
imobilisasi dan meningkatkan rasa percaya diri. Insomnia sering turut
menimbulkan rasa cepat lelah yang dikeluhkan pasien. Waltu istirahat perlu
direncanakan dan diatur intervalnya
sepanjang hari. Lingkungan yang tenang dan rileks untuk istirahat tidur harus
diupayakan.
-
Meningkatkan
perawatan kulit
Peningkatan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari trauma pada
kulit pasien yang rapuh. Penggunaan plester perlu dihindari karena dapat
menimbulkan irirtasi kulit dan luka pad kulit yang rapuh ketika plaster itu
dilepas. Daerah tonjolan tulang dan kulitnya harus sering diperiksa dan pasien
danjurkan serta dibantu untuk mengubah posisi dehingga kerusakan kulit dapat
dicegah.
-
Memperbaiki
citra tubuh
Jika penyebab sindrom cushing dapat ditangani dengan baik, perubahan
fisik lain yang penting juga akan menghilang pada saatnya. Meskipun demikian,
akan sangat memmbagtu apabila pasien diberi penjelasan tentang dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan tersebut terhadap konsep diri dan hubungannya dengan
orang lain. Kenaikan berat badan dan edema yang terlihat pada sindrom cushing
dapat dimodifikasi dengan diet rendah karbohidrat rendah natrium. Asupan protein yang tinggi dapat mengurangi sebagian gejala lain yang
mengganggu.
-
Memperbaiki proses pikir
Penjelasan kepada pasien dan anggota keluarga mengenai penyabab ketidak
stabilan emosi amat penting dalam membantu mereka untuk mengatasi fluktuasi
emosi, irritabilitas serta depresi yang terjadi. Perilaku psikotik dapat dapat
dijumpai pada beberapa pasien dan harus dileporkan. Pasien dan anggota keluarga
perlu didorong utuk mengungkapkan perasaannya. (Susanne c. smeltzer, buku
ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331)
E. Evaluasi
Hasil yang
diharapkan:
1.
Menurunkan resiko cedera dan infeksi
a.
Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak.
b.
Bebas daerah ekimosis.
c.
Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri
ataupun tanda-tanda lain infeksi serta inflamasi.
2.
Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
a.
Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk
memungkinkan periode istirahat.
b.
Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
c.
Bebas komplikasi mobilitas.
3.
Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
a.
Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka
atau infeksi.
b.
Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas
dan badan.
c.
Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian
kukit yang menonjol setiap hari.
4.
Mencapai perbaikan citra tubuh.
a.
Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan,
fungsi seksual dan tingkat aktivitas.
b.
Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisil merupakan
akibat dari pemberian kortikosteroid yang berlebihan.
5.
Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
6.
Tidak adanya komplikasi.
a.
Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang
normal serta bebas dari gejala krisis sddisonian.
b.
Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi
korteks adrenal yang harus dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil
pada keadaan salit serta stress berat
c.
Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komlikasi
sindrom cusing.
d.
Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut.
(Susanne c.
smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331)
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (RENPRA)
1. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan muskuloskeletal, integumen, dan seksual reproduksi
intervensi:
ü Pertahankan
lingkungan kondusif untuk membicarakan proses perubahan citra tubuh
ü Diskusikan
perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh pasien
ü Kaji
pasien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan personal serta
mekanisme koping untuk mengatasi masalah perubahan fisik
ü Berikan
informasi tentang kemungkinan dapat pulihnya gejala pada perubahan fisik.
ü Kaji
cara berpakaian untuk meningkatkan higiene personal, tindakan pemotongan bulu,
rambut, pakaian yang menarik
ü Hargai
keinginan pasien untuk privacy
ü Bersikap
sensitif terhadap kebutuhan.
ü Buat
waktu luang untuk setiap shift untuk
mendengarkan secara aktif dan dukungan emosi
ü Konsulkan
kepada ahli keperawatan jiwa.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi
ü Membicarakan
perasaan tentang perubahan dalam penampilan
ü Mengungkapkan
pengetahuan bahwa gejala kekambuhan akan terjadi dengan pengobatan
ü Melakukan
higiene harian
ü Meningkatkan
penampilan melalui penggunaan kosmetik yang bijaksana dan pakaian yang sesuai.
2. Potensial
terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun
intervensi:
ü Pantau
suhu tubuh dan tanda dan atau gejala infeksi lainnya setiap 4 jam
ü Intruksikan
pasien berbalik, batuk dan nafas dalamsetiap 2 jam sementara tirah baring
ü Hindari
proses invsif yang tidak diperlukan
(pemasangan kateter urine)
ü Gunakan
tekhinik sterilketika menangani semua lesi kulit, slang drain, atau sisi pungsi
intara vena
ü Lakukan
pemeriksaan kultur pada luka atau sekresiyang mencurigakan
ü Pertahan
kan status nutrisi yang adekuat
ü Hindari
penempatan pasien dalam ruangan dengan orang lain yang secara potensial dapat
menulari pasien.
ü Hindari
personil dengan ispa atau infeksi lain untuk memberikan perawartan pada klien,
pantau pengunjung terhadap tanda infeksi dan batasi sesuai kebutuhan , atau
ajarkan cara mencucitangan dan menggunakan masker sebelum berkunjung
Hasil
yang diharapkan
ü Suhu
tubuh dalam batas normal; tidak terdapat infeksi pada integumen, pernafasan,
dan sistem ginjal.
3. Potensial
untuk terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan mudah rusaksnya
kapiler atau penipisan kulit
intervensi:
ü Kaji
terhada kemerahan atau kerusakanan kulit setiap 8 jam, bila pasien menjalanai
tirah baring kaji setiap 4 jam
ü Berikatan
perawatan kulit perawatan kulit pada titik tekanan setiap 4 jam sesuai
kebutuhan
ü Gunakakan
minyak atau solluision untuk air mandi, bilas dan keringkan dengan baik
ü Hindari
penggunaan sabun yang keras dan handuk yang kasar
ü Baringkan
pasien pada matras atau tempat anti decubitus
ü Bantu
dan berikan dorongan pasien untuk
mengubah posisi dengan sering, ajarkan dan bantu pasien saaat melakukan rentang
gerak, ambulasi sesering mungkin, instruksikan klien untuk hindari duduk lebih
dari 1 jam.
Hasil
yang diharapkan / rasional:
ü Kulit
tetap ututh tanpa bukti-bukti kemerahan.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal karena peningkatan
katabolisme protein
intervensi
:
ü Biarkan
pasien sesuai keiinginannya, gunakan pagar tempat tidur dan trapez diatas
kepala
ü Selingi
aktivitas dengan waktu istirahat untuk membantu peningkatan toleransi
ü Kaji
dan berikan bantuan untuk ambulasi (alat bantu jalan, tulang) sesuai kebutuhan
ü Antisipasi
kebutuhan akan bantuan dengan aktivitas sehari-hari, berpakaian, toileting,
memberikan makanan,memebrikan barang-barang, yang dibutuhkan dalam jangkauan
yang mudah untuk diraihuntuk mengurangi penggunaan energi
ü Batasi
aktivitas sampai tingkat toleransi pasien.
ü Hentikan
aktivitas pada saat pertama kali terlihat tanda intoleran, Takikardi, dyspnea,
kelelahan.
ü Beilan
dorongan untuk meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, tetapi mencaribantuan
bila terjadi gejala intoleran.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi:
ü Meningkatkan
keiikut sertaan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari.
ü Melaporkan
berkurangnya perasaan kelemahan/ keletihan.
5. Perubahan
proses berfikir berhubungan dengan kelebihan sekresi kortisol
intervensi:
ü evaluasi
metode koping yang lalu dan saat ini.
ü Berikan
dorongan untuk membicarakan tentang perasaan kehilangan kontrol.
ü Diskusikan
reaksi yang melewati batas terhadap peristiwa dan metode untuk koping
selanjutnya.
ü Jelaskan
bahwa lonjatan alam perasaan tersebut dapat diatasi dengan pengobatan.
ü Ajarkan
dan bantu dalam melakukan teknik relaksasi.
ü Beikan
lingkungan yang tenang, stabil dan tanpa stress.
ü Konsisten
dengan waktu dan saat melaukuan aktivitas dan prosedur.
ü Batasi
pengunjung sesuai dengan kepentingan.
ü Cegah
situasi yang dapat menyebabkan kemarahan emosisonal.
ü Rencanakan
perawatan dengan pasien antisipasi kebutuhan.
ü Orientsikan
pasien pada lingkungan sesuai kebutuhan.
ü Jelaskan
prosedur dengan lambat dan jelas, ulangi bila perlu.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi:
ü Pasien
sadar dan berorintasi
ü Membicarakan
perasaan dengan mudah.
ü Mengenali
respon yang tidak sesuai terhadap situasi dan mebicarakan rencana untuk
menagani respon tersebut.
6. Kelebihan
volume cairan sehubungan dengan sekresi kortisol yang berlebihan menyebakan
retensi air dan natrium
intervemsi:
ü pantau
terhadap nilai-nilai elektrolit setiap 4 jam sampai 8 jam dan laporkan temuan
abnormal pada dokter.
ü Pantau
madukan dan haluaran setiap 4 jam
ü Timbang
berat badan pasien setiap hari. Pada waktu yang sama, laporkan prningkatan
berat badan.
ü Hindari
masukan cairan yang berlebihan bila pasien mengalami hipernatremia.
ü Pantau
EKG terhadap abnormalitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan
elektrolit, biasanya hipernatremia dan hiper kalemia.
ü Pantau
tekanan darah , nadi dan bunyi nafas setiap 4 jam laporkan perubahan yang
signifikan dari nilai dasar pasien.
ü Kaji
area edema dependen.
ü Berikan
perawatan kulituntuk erea yang mengalami edema, balikkan dan ubah posisi setiap
2 jam.
ü Pertahankan
diet tinggi protein, tinggi kalium, rendah natrium, mengurangi kalori.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi:
ü Tanda-tanda
vital dan elektrolit dalam batas normal untuk pasien, masukan dan haluaran
seimbang, berat badan stabil dan dalam batas normal bagi pasien, tidak ada
bukti adanya edema.
7. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit,
pengobatan dan perawatan diri.
Intervensi:
ü Jelaskan
konsep dasar tentang penyakit .
ü Diskusikan
alasan terjadinya perubahan fisik dan emosional.
ü Diskusikan
dan berikan informasi tertulis tentang diiet rendah natrium.
ü Jelaskan
pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman dan keseimbagan aktivitas dan
istirahat.
ü Ajarkan
nama obat-obatan , dosis, waktu dan cara pemberian, tujuan, efek samping dan
efek toksik.
ü Jelaskan
pelunya menghindari obat yang dijual bebas tanpa mengkonsultadikan dengan
dokter.
ü Tekankan
pentingnya melakukan perawatan rawat jalan berkelanjutan.
Hasil
yang diharapkan/evaluasi:
ü Pasien
orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, perinsip
perawatan dirumah dan perawatan tindak lanjut, dan rencanakan terapi radiasi
atau operasi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipotalamus
mensekresi CRF, yang mengatur sekresi ACTH oleh hipofisis anterior. ACTH
kemudian akan merangsang korteks adrenal menghasilkan hormone adrenokortikal.
Adanya desakan massa tumor di hipofisis dalam sela tursika mengakibatkan pasien
merasa pusing. Wajah moon face diakibatkan adanya penumpukan lemak khas gejala
Cushing Sindrom. Striae dan lemah yang dirasakan pasien terjadi akibat
mobilisasi protein dari jaringan otot. Amenore dan rambut yang tumbuh berlebih
adalah konsekuensi dari berlebihnya sekresi adrenal. Hiperpigmentasi terjadi
karena meningkatnya sekresi ACTH yang juga menentukan pembentukan melanin.
Sifat retensi Na yang juga dimiliki oleh kortisol menyebabkan terjadi hipertensi
pada kasus hiperkortisisme.
Diagnosis
Cushing Sindrom didasarkan pada gejala-gejala klinis, hasil pemeriksaan CT
Scan, dan dexamethason- test.
Penatalaksanaan
primer Cushing Sindrom adalah dengan tindakan operasi tumor hipofisis atau
pengangkatan kelenjar adrenal. Sedangkan pilihan kedua adalah dengan obat –
obatan.
B. SARAN
Sebaiknya
pasien menjalani operasi pengangkatan tumor hipofisis dahulu, kemudian mungkin
juga dapat dikombinasikan dengan obat – obatan penghambat sintesis hormone
adrenokortikal.
DAFTAR
PUSTAKA
R.
Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu Bedah; EGC; Jakarta; 1997.
Sylvia A.
Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; EGC; Jakarta;
1994
Susanne C.
Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta; 1999.
Susan Martin
Tucker;Standar Perawatan Pasien; EGC; jakarta
Dorland,
W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed29. Jakarta: EGC
Gunawan et,all. 2007. Farmakologi dan terapi
Edisi 5. Jakarta : FKUI
Guyton et,all. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Soedoyo, et,all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar