Selasa, 16 Juli 2013

ASKEP BBLR



ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
A.    TINJAUAN TEORI
                   I.            Defenisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan 2500 gram atau kurang pada saat lahir, bayi baru lahir ini dianggap mengalami kecepatan pertumbuhan intrauterine kurang dari yang diharapkan atau pemendekan periode gestasi (Bobak, 2004).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Surasmi, 2003).
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Hidayat, 2005).

Klasifikasi BBLR  :
1.      Klasifikasi berdasarkan Berat badan:
a.       Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan   kurang dari 1000 gram.
b.      Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang 1.500 gram
c.       Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1501-2500 gram
2.      Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan :
a.       Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu
b.      Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu.
c.       Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu
3.      Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan:
a.       Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-for-gestational-age(SGA) adalah Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri dengan berat badan terletak dibawah persentil ke-10 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.
b.      Bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK)/appropriate-for-gestational-age(AGA). Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan,yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra –uterin.
c.       Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-gestational-age(LGA). Bayi yang lahir dengan berat badan lebih untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak diatas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri
Berdasarkan pengelompokan tersebut atas,BBLR dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.      Bayi Prematur
 Adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
Tanda-tanda Bayi Premature :
a.       Panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm
b.      Panjangnya kuku belum melewati ujung jari
c.       Lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
d.      Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
e.       Rambut lanugo masih banyak
f.       Jaringan subkutan tipis atau kurang
g.      Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
h.      Tumit mengkilap,telapak kaki halus
i.        Pada wanita labia mayora belum menutupi labia minora, pada bayi  laki-laki testis belum turun
Penyebab kelahiran Prematur :
a.       Faktor Ibu
1)      Toksemia gravidarum,yaitu preeklamsi dan eklamsi
2)      Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks)
3)      Tumor(mioma uteri, s istoma)
b.      faktor janin
1)      Kehamilan ganda
2)      Hidramnion
3)      Ketuban pecah dini
4)      Infeksi (rubeolla, sifillis,toksoplasmosis
5)       Insufisiensi plasenta
c.       Faktor Plasenta :
1)      Plasenta previa
2)      Solusio plasenta
Penyulit yang dapat terjadi :
a.       Hipotermi
b.      Sindrom gawat nafas
c.       Hipoglikemia
d.      Perdarahan intra cranial
e.       Rentan terhadap infeksi
f.       Hiperbilirubinemia
g.      Kerusakan integritas kulit
2.      Bayi Dismatur
Dismaturitas adalah Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilan.yaitu berat badan di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uteri, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/AGA).
Tanda-tanda Bayi Dismatur :
a.       Panjang badan lebih dari 45 cm, berat badan lebih dari 2.500 gram
b.      Kulit kering dan keriput
c.       Rambut panjang dan banyak
Fakto yang menyebabkan gangguan pertumbuhan intra uterin meliputi:
a.       Faktor Janin : Infeksi kronis, Kelalinan congenital
b.      Faktor plasenta : Berat plasenta kurang, Plasentitis vilus, Infark tumor.
c.       Faktor ibu : Pre eklamsi, Hypertensi, Kelainan pembuluh darah.
Stadium Bayi Dismatur :
a.       Stadium pertama :  Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda  mekonium.
b.      Stadium kedua : Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus.
c.       Stadium ketiga : Bayi tampk kurus dan lebih panjang, Kering seperti perkamen,tetapi beklum terdapat noda mekonium, Kehijauan pada kulit plasenta dan umbilicus, Kulit, kuku , tali pusat berwarna kuning
Masalah  yang dapat terjadi :
a.       Syndrom aspirasi mekonium
b.      Hipoglikemia simtomatik
c.       Penyakit membran hialin
d.      Hiperbilirubinemia
                II.            Etiologi
Terjadinya  lahir  prematur  /  BBLR  pada  bayi disebabkan  oleh  berbagai  macam  faktor  diantaranya  :
1.      Faktor  Ibu
a.       Penyakit  yang  berhubungan langsung dengan  kehamilan
b.      Usia
c.       Keadaan  Sosial  Ekonomi 
d.      Faktor  lain
2.      Faktor  Janin
3.      Faktor  Uterus  dan  Plasenta

             III.            Patofisiologi 
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.


Gambar 1.2 : Patofisiologi BBLR
             IV.            Manifestasi Klinik
Tanda dangejala yang dijumpai pada Bayi Berat Lahir Rendah antara lain :
1.      Berat  Badan  Kurang dari 2.500  gram, panjang  badan  kurang  dari  45  cm,  lingkar  kepala kurang  dari  33  cm,  lingkar dada  kurang  dari  30  cm.
2.      Masa  gestasi  kurang dari  37  minggu.
3.      Kepala  lebih  besar  dari  badan.
4.      Lanugo  (bulu  halus )  banyak  terutama  pada  dahi,  pelipis,  telinga  dan  lengan
5.      Lemak  sub  kutan  kurang.
6.      Ubun – ubun  dan  sutura  melebar
7.      Genitalia  belum  sempurna,  labia  minora  belun  tertup  oleh  labia  mayora  (pada  wanita)  pada  pria  testis
8.      Pembuluh  darah  kulit  banyak  terlihat  peristaltik  usus  dapat  terlihat.
9.      Rambut  halus  dan  tipis.
10.  Banyak  tidur  dan  tangis  lemah.
11.  Kulit tampak  mengkilat  dan  licin
12.  Pergerakan  kurang  dan  lemah.
13.  Refleks  tonus  leher  lemah,  refleks  isap  kurang,  refleks  menelan  kurang dan  refleks  batuk  masih  lemah.

                V.            Pemeriksaan Diagnostik
1.      Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,  hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
2.      Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3.      Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).
4.      Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5.      Destrosix : tetes glukosa pertama  selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6.      Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7.      Pemeriksaan Analisa gas darah.
             VI.            Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan :
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1.      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3.      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
4.      Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Pengobatan :
1.      Terapi
 Karena belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan perlu diperhatikan :
a.       Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR.      Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Dengan pengaturan suhu pada bayi dengan berat badan di bawah 2 kilogram dengan suhu inkubator 35°C, bayi dengan berat badan 2-2,5 kilogram dengan suhu inkubator 34°C, suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan kurang lebih 24-27°C.
b.      Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gram/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
c.       Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventifsudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas sebaiknya secara khusus dan terisolasi dengan baik.
2.      Tindakan medik
a.       Intubasi
Dilakukan pada bayi prematur dengan berat badan lahir rendah yang mengalami pernafasan periodik yang berat serta mengalami serangan apnea yang menetap.
b.      Oksigen tambahan
Tujuan pemberian oksigen tambahan untuk mengatasi hipoksemia, dalam pemberian oksigen tambahan harus dilakukan secara hati-hati karena tekanan oksigen yang tinggi di dalam arteri bayi prematur merupakan faktor penting dalam menyebabkan retinopati prematuritas.




B.     TINJAUAN ASKEP
                   I.            Pengkajian
1.      Data biografi : Nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan (usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu), komplikasi kehamilan dan persalinan, jenis persalinan.
2.      Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
3.      Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
4.      Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.
5.      Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
6.      Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
7.      Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
8.      Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
9.      Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
10.  Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan fungsi hati, Pemeriksaan AGD.
                II.            Diagnose Keperawatan
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuscular.
2.      Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
4.      Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
5.      Resiko kekurangan / kelebihan cairan berhubungan fisiologis imatur.
6.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.
7.      Resiko cidera karena peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis.
8.      Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perpisahan dari orang tua.
9.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan, hospitalisasi sekunder.


             III.            Rencana Asuhan Keperawatan
No
Dx. Keperawatan
TUJUAN
Intervensi
1
Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan  otot,  penurunan energi/ kelelahan, ketidakseimbangan metabolik
Pola nafas efektif . Dengan Kriteria Hasil :
RR 30-60 x/mnt
Sianosis (-)
Sesak (-)
Ronchi (-)
Whezing (-)
 Mandiri :
1.      Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan..
2.       Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
3.      Pertahankan suhu tubuh optimal
4.      Posisikan bayi  pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperekstensi.
kolaborasi:
1.      Pantau pemeriksaan laboratory (GDA, glukosa serum, elektrolit ).
2.      Berikan oksigen sesuai indikasi
2
Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
Suhu 36-37 C.
Kulit hangat.
Sianosis (-)
Ekstremitas hangat
Mandiri
1.        Observasi tanda-tanda vital.
2.      Tempatkan bayi pada inkubator.
3.      Ganti pakaian setiap basah

Kolaborasi:
1.      Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander  volume secara intra vena bila diperlukan.
2.      Berikan obat-obatan  sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat
3
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Suhu 36-37 C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000–10.000
Mandiri  :
1.      tingkatkan  cara-cara  mencuci tangan pada staf, orang tua  dan pekerja lain.
2.      Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit.
3.      Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan perilaku. 
4.      Lakukan perawatan tali pusat sesuai kit.
5.      Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.
Kolaborasi
Berikan antibiotika sesuai indikasi
4
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna)
Nutrisi terpenuhi setelah
Kriteria hasil :
Reflek hisap dan menelan baik
Muntah (-)
Kembung(-)
BAB lancar
Berat badan meningkat 15 gr/hr
Turgor elastis.
Mandiri :
1.      Timbang berat badan bayi saat menerima  di ruangan perawatan dan setelah itu setiap hari.
2.      Auskultasi bising usus,  perhatikan adanya  distensi  abdomen, dan perilaku menghisap.
3.      Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril, kemudian dextrose dan air sesuai protokol rumah sakit.
Kolaborasi :
1.       Berikan glukosa dengan segera peroral atau intravena bila kadar dextrostik kurang dari 45 mg/dl.

             IV.            Implementasi
Menurut Nursalam (2001) pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Lyer et al, 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan dengan harapan  untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan BBLR yang harus diperhatikan adalah timbang berat badan setiap hari dan observasi tanda-tanda vital, memberikan minum, rawat klien dalam inkubator, berikan posisi semi fowler dan kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
                V.            Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor”kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi, kebutuhan cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien tidak mengalami cidera, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal, keluarga klien menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.

DAFTAR PUSTAKA :
1.      Rudi. 2012. Askep BBLR. http://perawatku.blog.unsoed.ac.id/2012/05/10/askep-bblr/,
2.      Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
3.      Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
4.      Sowden Betz Cicilia. 2002. Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.
5.      K, Deswani. 2012.Panduan Praktik Klinis dan Laboratotium Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
6.      http://deshowmustgoon.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-bayi-berat.html