Kamis, 19 Desember 2013

askep hipertensi pada lansia



MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN
“ HIPERTENSI PADA PASIEN LANJUT USIA “
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH 
“ KEPERAWATAN GERONTIK “
---


 








DISUSUN OLEH : KELOMPOK III A
1.      ANITA H. SIMANUNGKALIT
2.      BARNABAS YAPASEDANYA
3.      MINCE REJAU
4.      NAOMI PIGAI
5.      ELVIANA SEWE
6.      EDA YOSEBA BAGRE


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
TA 2013
BAB I

A.    PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.


B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum: Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2.      Tujuan Khusus:
1)      Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
2)      Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi
C.    Manfaat
1.      Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.











BAB II
PEMBAHASAN / KONSEP TEORI
A.    PENGERTIAN
Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tigkat
Tekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan diastolik
(mmHg)
Jadwal kontrol
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Tingkat IV
140-159
160-179
180-209
210 atau lebih
90-99
100-109
110-119
120 atau lebuh

1 bulan sekali
1 minggu sekali
Dirawat RS
B.     KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1.      Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2.      Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1.      Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.      Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C.    ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1.      Elastisitas dinding aorta menurun
2.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.      Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4.      Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5.      Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2.      Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a.       Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b.      Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c.       Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d.      Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a.       Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b.      Kegemukan atau makan berlebihan
c.       Stress
d.      Merokok
e.       Minum alcohol
f.       Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D.    PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E.     TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.      Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.      Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2.      BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3.      Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4.      Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5.      Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6.      Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7.      Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8.      Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9.      Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10.  Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11.  EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G.    PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1.      Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.       Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1)      Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2)      Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3)      Penurunan berat badan
4)      Penurunan asupan etanol
5)      Menghentikan merokok
b.      Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
1)      Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
2)      Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3)      Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4)      Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c.       Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1)      Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2)      Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3)      Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.      Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.      Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2.      Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
.
3.      Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
4.      Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan













BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1.      Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2.      Riwayat atau adanya factor resiko
a.       Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b.      Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3.      Aktivitas / istirahat
a.       Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b.      Frekuensi jantung meningkat
c.       Perubahan irama jantung
d.      Takipnea
4.      Integritas ego
a.       Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b.      Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
5.      Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
a.       Mual, muntah.
b.      Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6.      Nyeri atau ketidak nyamanan :
a.       Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
b.        Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c.       Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d.      Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
1.      Sirkulasi
a.       Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b.      Episode palpitasi,perspirasi.
2.      Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3.      Neurosensori :
a.       Keluhan pusing.
b.      Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4.      Pernapasan
a.       Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b.      Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c.        Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d.      Riwayat merokok
B.     DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3.      Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
4.      Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic
5.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat
6.      Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
C.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang.
Intervensi :
1.      Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2.      Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
                           Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3.      Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
                    Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan      sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
       Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
       Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
1.      Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
     Rasional : menyebutkan parameter membantu  dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan  dengan tingkat aktivitas.
2.      Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
     Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D.    EVALUASI
1.      Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2.      Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3.      Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.












DAFTAR PUSRAKA
1.      Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
2.      Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
3.      Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.