MAKALAH
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
“
HIPERTENSI PADA PASIEN LANJUT USIA “
DIAJUKAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“
KEPERAWATAN GERONTIK “
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK III A
1. ANITA H. SIMANUNGKALIT
2. BARNABAS YAPASEDANYA
3. MINCE REJAU
4. NAOMI PIGAI
5. ELVIANA SEWE
6. EDA YOSEBA BAGRE
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM
DIPLOMA III KEPERAWATAN
TA
2013
BAB I
A.
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang
dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
Lansia merupakan suatu proses alami
yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik
Ma’rifatul azizah, 2011).
Perubahan sistem kardiovaskular pada
lansia meliputi massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi,
dan kemampuan perenggangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan
ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2 maksimum, mengurangi tekanan
darah, dan berat badan.
Menurut WHO,
dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan perempuan
lebih banyak ditemui menderita hipertensi dari pada laki-laki.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum: Untuk memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
1)
Untuk
mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
2)
Memberikan
asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit hipertensi yang
meliputi pengkajian sampai intervensi dan rasionalisasi
C.
Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN / KONSEP TEORI
A.
PENGERTIAN
Disebut silent killer karena 1 ½
penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya.
Hipertensi pada lansia didefinisikan
dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg
(Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau
diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National
Commitle, U.S 1992)
Tigkat
|
Tekanan
sistolik
(mmHg)
|
Tekanan
diastolik
(mmHg)
|
Jadwal
kontrol
|
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
Tingkat IV
|
140-159
160-179
180-209
210 atau lebih
|
90-99
100-109
110-119
120 atau lebuh
|
1 bulan sekali
1 minggu sekali
Dirawat RS
|
B.
KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan
atas (Darmojo, 1999):
1. Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi
sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi
essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C.
ETIOLOGI
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1. Elastisitas
dinding aorta menurun
2. Katub jantung
menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Faktor keturunan
Dari data
statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2.
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan
yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika
umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin (
laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam
yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau
makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum
obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah
penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat
juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.
Tidak ada gejala
Tidak ada
gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2.
Gejala yang lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2.
BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3.
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4.
Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
5.
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6.
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
7.
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (
penyebab )
8.
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
9.
Asam urat
Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10.
Steroid urin
Kenaikan dapat
mengindikasikan hiperadrenalisme
11.
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1.
Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa
obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat
badan
4) Penurunan
asupan etanol
5) Menghentikan
merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai
empat prinsip yaitu:
1) Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain.
2) Intensitas olah
raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi
Psikologis
Pemberian
edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik
Biofeedback
Biofeedback
adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik
relaksasi
Relaksasi
adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan
Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.
Terapi dengan Obat
Tujuan
pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter
Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita.
Pengobatannya
meliputi :
1.
Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
2.
Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat
pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3.
Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah
obat ke-3 jenis lain
4.
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
BAB
III
KONSEP KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
Pengkajian secara Umum:
1. Identitas Pasien
Hal
-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang
hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya
hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian,
ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple
(hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
Makanan
yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna
hitam, kandungan tinggi kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir
ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner
/keterlibatan jantung
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti
yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis,
penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini
atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa
lalu.
3. Neurosensori :
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan
aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea
noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
B.
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi
terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan system pendukung yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya
dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif.
C.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan
nyeri dapat berkurang.
Intervensi
:
1. Intervensi : Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
Rasional
: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non farmakologi
untuk menghilangkan sakit kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat
punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan
tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas
fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat
bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan
tekanan vascular cerebral
Diagnosa II: Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan kriteria hasil : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
1. Kaji respon pasien terhadap
aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20 kali per menit diatas
frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah
aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat
20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan : pusing
atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir
rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy,
juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D. EVALUASI
1.
Pasien
melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2.
Pasien
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3.
Pasien
berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung.
DAFTAR PUSRAKA
1.
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
2.
Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
3.
Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha
ilmu.Jogjakarta.
4.
Asuhan Keperawatan :
Hipertensi pada Lansia http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-hipertensi-pada.html#ixzz2nDdIGMpc