ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
APPENDISITIS
A.
Konsep
dasar teori
1. Pengertian
Appendicitis
adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki –
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki – laki berusia 10 –
30 tahun ( Mansjoer, Arif. 2000)
Appendiksitis
merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia
di dalam jangka waktu bervariasi ( Sabiston,1995).
Appendiksitis
akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga
abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat ( Smeltzer, 2001).
2. Etiologi
a. Fekolit/
massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
b. Tumor
apendiks
c. Cacing
ascaris
d. Erosi
mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
e. Hyperplasia
jaringan limfe.
3. Patofisiologi
Appendiksitis
biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat perandangan
sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi
tersebut menyababkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendiksitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila
sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri di daerah kanan bawah ( apendiksitis supuratif akut).
Aliran
arteri kemudian terganggu, sehingga menyebabkan terjadinya infark dinding
apendiks yang diikuti dengan ganggren. Disebut dengan stadium appendicitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi appendicitis
perforasi.
Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kea rah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate appendikularis.
4. Manifestasi
klinis
a. Nyeri
pada umbilicus atau periumbilikus
b. Nyeri
menjalar ke kuadran kanan bawah, yang kan menetap dan diperberat jika berjalan
atau batuk.
c. Anoreksia
d. Mual
dan muntah
e. Demam
ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis.
f. Nyeri
lepas dan spasme.
g. Bising
usus menurun atau tidak sama sekali
h. Konstipasi
i.
Diare
j.
Disuria
k. Iritabilitas
l.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat
didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
5. Pemeriksaan
penunjang
-
Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap
dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-20.000/ml ( leukositosis dan neutrofil diatas 75 %,
sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
-
Radiologi : Ultrasonografi dan CT –
scan.
6. Penatalaksanaan
Appendisitis
Ø Sebelum
operasi
a. Pemasangan
sonde lambung untuk dekompresi
b. Pemasangan
kateter untuk control produksi urin
c. Rehidrasi
d. Antibiotic
dengan spectrum luas, dosis tinggi, dan diberikan secara intravena.
e. Obat
– obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk
membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
f. Bila
demam, turunkan segera sebelum diberikan anestesi.
Ø Operasi
a. Apendiktomi
b. Apendiks
dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.
c. Abses
apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin mengecil, atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan
bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Ø Pasca
operasi
a. Observasi
TTV
b. Angkat
sonde lambung
c. Baringkan
pasien dalam posisi fowler.
d. Bila
tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi puasa dilanjutkan sampai fungsi
usus kembali normal.
e. Berikan
minum mulai 5 ml/jam selama 4 – 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
f. Satu
hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk ditempat tidur selama 2x30
menit.
g. Pada
hari ke dua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar.
h. Pada
hari ke – 7 jahitan dapat diangkat dan pasien boleh pulang.
B.
Proses
keperawatan
1. Pengkajian
Ø Anamnesa
-
Keluhan utama klien akan ditemukan nyeri
pada daerah sekitar epigastrium yang menjalar ke abdomen kanan bawah. Timbul
nyeri perut kanan bawah mungkin dalam waktu beberapa jam kemudian setelah nyeri
di umbilicus atau di epigastrium dirasakan dalam bebrapa waktu lalu. Sifat
keluhan dirasakan terus – menerus, dapat hilang tau timbul nyeri dalam waktu
yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah,
panas.
-
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya
berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
-
Diet, kebiasaan konsumsi makanan rendah
serat.
-
Kebiasaan eliminasi.
Ø Pemeriksaan
fisik
-
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien
tampak sakit ringan/sedang/berat.
-
Sirkulasi : takhikardia.
-
Respirasi : Takipone, pernapasan dangkal
-
Aktivitas/istirahat : Malaise.
-
Eliminasi : konstipasi pada awitan awal,
diare kadang – kadang.
-
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri
lepas, kekakuan, penurunan atau tidak bising usus.
-
Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam. Nyeri
pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak.
-
Suhu > 38 derajat C.
-
Data psikologis klien tampak gelisah
-
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan
-
Pada pemerksaan rectal toucher akan
teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
-
Berat badan sebagi indicator untuk
menentukan pemberian obat.
2. Diagnosa
keperawatan
Berdasarkan data hasil
pengkajian, diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
appendiksitis adalah :
1. Nyeri
b/d terputusnya kontinuitas jaringan/insisi bedah; trauma jaringan; distensi
jaringan usus oleh inflamasi.
2. Hipertermi
b/d proses infeksi
3. Resiko
kekurangan volume cairan b/d mual dan muntah; kehilangan volume cairan secara
aktif; kegagalan mekanisme pengaturan; pembatasan pasca operasi.
4. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan ingesti; digesti; absorpsi.
5. Cemas
b/d perubahan status kesehatan; kemungkinan dilakukannya operasi
6. Resiko
infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; prosedur invasiv ( insisi bedah
).
7. Kurang
pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi ; keterbatasan kognitif.
3. Rencana
asuhan keperawatan
Dx
keperawatan I :
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan/insisi bedah; trauma jaringan;
distensi jaringan usus oleh inflamasi.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri
berkurang s/d hilang
Kriteria
hasil :
-
Nyeri hilang/ berkurang.
-
Pasien tampak rileks
-
Vital sign dalam batas normal
-
Skala nyeri 0
Renpra
:
1. Kaji
nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
2. Kaji
pemahaman nyeri klien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
3. Observasi
tanda vital sesuai data focus dan tanda – tanda komplikasi : nyeri abdomen,
demam, muntah, kekakuan abdomen, takikardi.
4. Beri
kesempatan untuk istirahat ( terutama ila nyeri timbul), lingkungan yang tenang
dan nyaman, minimalisasi stressor.
5. Ajarkan
tindakan penurunan nyeri non invasif : relaksasi, nafas dalam.
6. Kolaborasi
dengan dokter terapi analgetik dan kaji keefektifannya.
7. Berikan
informasi yang akurat termasuk penjelasan dan persiapan operasi jika
direncanakan.
Dx
keperawatan II: Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan suhu tubuh
dalam batas normal
Kriteria
hasil : Suhu 36 – 37 derajat Celcius
Renpra
:
1. Kaji
penyebab hipertermi
2. Observasi
suhu tiap 4 jam
3. Jelaskan
pada klien pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekuat untuk mencegah
dehidrasi, seacara oral bila tidak ada kontra indikasi atau secara IV
4. Ajarkan
upaya mengatasi hipertermi : kompres, sirkulasi cukup, pakaian longgar dan
kering, pembatasan aktivitas.
5. Kolaborasi
dengan dokter untuk terapi, pemeriksaan laboratorium dan tindakan medic.
Dx
keperawatan III : Cemas b/d perubahan status kesehatan;
kemungkinan dilakukannya operasi
Tujuan
:
setelah dilakukan tindakan keperawatan …x24 jam diharapkan pasien dalam keadaan
tenang.
Kriteria
hasil:
-
Klien tampak tenang
-
Klien mengatakan mengerti tentang
penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
Renpra
:
1. Berikan
informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan
pembedahan
2. Jelaskan
kepada klien mengenai apa yang akan dilakukan/dikerjakan.
3. Gunakan
pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien.
4. Berikan
motivasi kepada keluarga untuk menemani klien.
Daftar pustaka:
Mansjoer. Arif. et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Marylin E. Doengoes.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar